Langsung ke konten utama

Revolusi Perancis

Revolusi Perancis

     Pada tahun 1789 adalah tahun terjadinya revolusi perancis, dimana pelayanan public dinilai berdasarkan keefektifan dan kegunaannya. Berbagai pemerintahan di eropa menyadari keharusan untk menata diri kembali dan melakukan perbaikan undang-udnang seacra kontinu agar memenuhi kondisi modernitas yang terus berubah.

      Hal ini tak pernah terpikirkan di dalam system masyarakat agraris kuno yang masih menganggap hokum sebagai sesuatu yang sakral dan tak boleh diubah. Teknikalisasi masayarakat barat membawakan sinyal autonomi baru: manusai kini merasa sebagai penanggung jawab atas urusan-urusan mereka sendiri, tidak seperti pada masa-masa seblumnya. Kita pernah menyaksikan jetakutan berlebihan yang ditimbula oleh berbagai inovasi dan perubahan di tengah masyarakat tradisional yang merasa bahwa peradaban adalah sebuah pencapaian yang rentan, dan selalu mencegah setiap usaha untuk memutuskan kaitan dengan masalalu. Akan, tetapi, masyarakat modern yang diperkenalkan barat justru didasarkan pada harapan akan berkembangan dan kemajuan yang terus-menerus. Perubahan dilembagakan dan dianggap sebagai keharusan. Bahkan lembaga-lembaga semacam royal Society di London dutujukan untuk mengumpulkan penemuan-penemuan mereka demi membantu proses ini. Alih-alih merahasiakan berbagai penemuan, lembaga-lembaga ilmiah baru itu justru berkeinginan untuk menyebarkan pengetahuan demi kemajuan pertumbuhan bidang yang mereka geluti maupun bidang-bidang lainya di masa depan. Oleh karena itu, semangat konservatif lama dunia Oikumene telah digantikan barat dengan hasrat akan perubahan dan keyakinan bahwa kemajuan yang berkesinambungan bisa didapatkan. Alih-alih mengkhawatirkan generasi muda akan menjadi orang yang tak berguna, seperti di masa lalu, generasi yang labih tua justru berharap anak-anak mereka bisa hidup lebih baik daripada mereka. Barangkali kita pun mulai memahami bahwa mitos tentang kemajuan ini sama fiktifnya dengan sebagian besar mitologi lain yang telah mengilhami umat manusia selama berabad-abad.

   Sementara penggabungan berbagai sumber dan penemuan telah mempersatukan umat manusia, spesialisasi bau mau tak mau menarik mereka kea rah yang berbeda-beda. Pada masa-masa seblumnya selalu ada kemungkinan bagi seorang intelektual untuk mengikuti perkembangan pengetahuan di semua bidang. Para faylasuf muslim, misalnya, menguasi ilmu kedokteran, filsafat, dan estetika. Bahkan, falsafah menawarkan kepada para pengkajinya sebuah pandangan yang telah koheren dan inklusif tentang apa yang diyakini sebagai keseleruhuan realitas. Pada abad ketujuh belas, proses spesialisasai yang akan menajdi ciri paling menyolok dari masyarakat abart menjadi semakin tersakan. Berbagai disiplin, seperti astronomi, kimia, dan geometri mulai menjadi independen dan autonom. Akhirnya, pada masa kita sekarang ini, mustahil bagi seorang ahli pada bidang tertentu untuk merasa berkompeten di bidang yang lain. Akibatnya, setiap intelekual memandang dirinya tak lebih dari seorng pemeliharan tradisi daripada sebagai pelopor. Dia adalah seorang penjelajah, seperti navigator yang menembus bagian-bagain dunia baru.

Sumber Buku: Sejarah Tuhan, Karen Armstrong, Penerbit: Mizan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan PraKolonial

Di era sekarang ini banyak sekali anak muda yang kurang wawasan, kurang pengetahuan, sebenarnya mereka tau apa sih, ketika di tanya pendidikan prakolonial itu apa sih? Si Racap aja gak tau hadehhh, biar kita banyak tau mari kita membaca artikel yang satu ini, ingat ya makin banyak tau makin banyak deh wawasannya... Pengertian Pendidikan Prakolonial    Pendidikan Prakolonial di mengerti sebagai sebuah penyelenggaraan pendidikan yang di batasi oleh ruang waktu tertentu. Pembatasan ruang mengacu pada batas-batas politik yang terdapat di geografis tertentu sedangkan batasan waktu mengacu pada sebuah masa ketika praktik penjajahan belum dimulai. Geografis itu merujuk pada wilayah Nusantara sedangkan masa yang di maksud mengacu pada abad ke -17, yakni sebelum jan Peterson Coen melemparkan jangkar di pantai sunda kelapa.    Pada abad ini akan dibahas tentang semangat pendisikan pada masa pra-kolonial dan sisa-sisanya pada masa sekarang. Masyarakat prakolonial memiliki model pemerinntahan

Mahzab Fenomenologi Max Weber

Fenomenologi       Fenomenologi adalah satu aliran filsafat modern yang sangat berpengaruh. Salah satu tokoh utamanya adalah Edmund Husserl (1859-1935) dari Jerman. Pada prinsipnya metode fenomenologi yang dibangun oleh Husserl ingin mencapai “hakikat segala sesuatu”. Maksudnya agar mencapai “pengertian yang sebenarnya” atau “hal yang sebenarnya” yang menerobos semua gejala yang tampak. Usaha untuk mencapai hakikat segala sesuatu adalah reduksi atau penyaringan. Husserl mengemukakan tiga macam reduksi berikut ini :    1. Reduksi fenomenologis, kita harus menyaring pengalaman-pengalaman kita, dengan maksud supaya mendapatkan fenomena dalam wujud yang semurni-murninya 2. Reduksi eidetis, penyaringan atau penetapan dalam tanda kurung segala hal yang bukan eidus atau inti sari atau hakekat gejala atau fenomena. Jadi hasil reduksi kedua ialah “penilikan hakikat”. Inilah pengertian yang sejati.    3. Reduksi transendental, yang harus ditempatkan diantara tanda kurung dahulu ialah eksiste

Perbedaan Filsafat Barat dan Timur

Perbedaan Antara Filsafat Barat dan Filsafat Timur  I. Filsafat Barat 1. Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. 2. Filsafat berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. 3. Tokoh utama filsafat Barat  antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre. 4. Terdapat pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. a. Ontologi membahas tentang masalah "keberadaan" (eksistensi) sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris, misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya. b. Epistemologi mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan. Dari epistemologi inilah lahir berba