Langsung ke konten utama

Filsafat&Sains

Filsafat & Sains
Pengertian Sains
Istilah sains merupakan ahli bahsa dari “science”, yang berasal dari bahasa latin, “ scire” asrtinya “to know”. Dalam arti sempit, sains diartikan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Dalam bahasa indonesia sehari-hari orang salah kaprah menerjemahkan kata science menjadi ”ilmu” . mengapa dikatakan salah kaprah ? karena arti ‘ ilmu’ dalam kamus besar bahsa indonesia (depdibud :1988) memiliki dua pengertian. Pertama, ilmu diartikan sebagai suatau pengetahuan tentang sesuatu bidang yang di susun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi, akhirat, lahir bathin, dan sebagainya.
  Menurut titus(1959), sains artinya sebagai common sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode observasi yang teliti dan kritis. Menurut Ashley Montagu (An-shari,1979), sains merupakan pengetahuan yang disusun, berasal dari kata pengamatan studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat priinsip tentang hal yang sedang dipelajari.
Prof. Harsoyo (1977) mengemukakan apengertian sains yaitu :
Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemastikan atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasikan.
Satuan pendekatan satau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia terkait oleh factor ruang dan waktu, dunia yang pda prinsipnya dapat diamati oleh pancaindera manusia.
Dari pengertian diatas sains tersebut, dapat di peroleh gambaran apa yang dimaksud saians. Sains pada prinsipnya merupakan suatau sense” suatu pengetahuan yang bersal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, dan dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dalam penelitian ilmiah (observasi, eksperimen, survei, studi kasus dan lain–lain)
Perbedaan Filsafat dan Sains
Sains bersifat analisis dan hanya menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya. Filsafat bersifat pengetahuan sinopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan menekankan yang secara keseluruhan, karena tidak ada bagian-bagiannya.
Sains bersifat deskriftif tentang objeknya agar dapat menenmukan fakta-fakta, netral dalam arti tidak memihak  pada etik tertentu. Filsafat tidak hanya menggambarkan sesuatu. Melainkan membantu manusia untuk menggambarkan.

Sumber Buku: Pengantar Filsafat Pendidikan, Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd. Penerbit: Alfabeta Bandung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan PraKolonial

Di era sekarang ini banyak sekali anak muda yang kurang wawasan, kurang pengetahuan, sebenarnya mereka tau apa sih, ketika di tanya pendidikan prakolonial itu apa sih? Si Racap aja gak tau hadehhh, biar kita banyak tau mari kita membaca artikel yang satu ini, ingat ya makin banyak tau makin banyak deh wawasannya... Pengertian Pendidikan Prakolonial    Pendidikan Prakolonial di mengerti sebagai sebuah penyelenggaraan pendidikan yang di batasi oleh ruang waktu tertentu. Pembatasan ruang mengacu pada batas-batas politik yang terdapat di geografis tertentu sedangkan batasan waktu mengacu pada sebuah masa ketika praktik penjajahan belum dimulai. Geografis itu merujuk pada wilayah Nusantara sedangkan masa yang di maksud mengacu pada abad ke -17, yakni sebelum jan Peterson Coen melemparkan jangkar di pantai sunda kelapa.    Pada abad ini akan dibahas tentang semangat pendisikan pada masa pra-kolonial dan sisa-sisanya pada masa sekarang. Masyarakat prakolonial memiliki model pemerinntahan

Mahzab Fenomenologi Max Weber

Fenomenologi       Fenomenologi adalah satu aliran filsafat modern yang sangat berpengaruh. Salah satu tokoh utamanya adalah Edmund Husserl (1859-1935) dari Jerman. Pada prinsipnya metode fenomenologi yang dibangun oleh Husserl ingin mencapai “hakikat segala sesuatu”. Maksudnya agar mencapai “pengertian yang sebenarnya” atau “hal yang sebenarnya” yang menerobos semua gejala yang tampak. Usaha untuk mencapai hakikat segala sesuatu adalah reduksi atau penyaringan. Husserl mengemukakan tiga macam reduksi berikut ini :    1. Reduksi fenomenologis, kita harus menyaring pengalaman-pengalaman kita, dengan maksud supaya mendapatkan fenomena dalam wujud yang semurni-murninya 2. Reduksi eidetis, penyaringan atau penetapan dalam tanda kurung segala hal yang bukan eidus atau inti sari atau hakekat gejala atau fenomena. Jadi hasil reduksi kedua ialah “penilikan hakikat”. Inilah pengertian yang sejati.    3. Reduksi transendental, yang harus ditempatkan diantara tanda kurung dahulu ialah eksiste

Perbedaan Filsafat Barat dan Timur

Perbedaan Antara Filsafat Barat dan Filsafat Timur  I. Filsafat Barat 1. Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. 2. Filsafat berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. 3. Tokoh utama filsafat Barat  antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre. 4. Terdapat pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. a. Ontologi membahas tentang masalah "keberadaan" (eksistensi) sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris, misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya. b. Epistemologi mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan. Dari epistemologi inilah lahir berba