Langsung ke konten utama

Ciri- Ciri Filsafat Manusia

     Seperti biasa para pembaca biasa untuk focus terhadap tulisan-tulisan yang saya buat, karena pada dasarnya membaca adalah suatu jendela dunia, tentunya dengan membaca kita akan mendapatkan wawasan dengan luas sekaligus ilmu-ilmu yang bermanfaat. Dan kali ini saya akan mempertanyakan apa sih cirri-ciri filsafat manusia? Oke disini saya akan menjelaskan kepada pembaca mengenai Ciri-Ciri Filsafat Manusia…
      Setelah mengetahui secara garis besar penggunaan metode filsafat manusia yang bercorak sintesis dan refelektif tersebut, sekarang kita akan melihat cirri-ciri filsafat manusia secara umum, yakni yang bercirikan ekstensif, intensif, dan kritis, cirri ekstensif filsafat manusia dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau menyeluruhnya objek kajian yang di geluti oleh fisafat. Filsafat manusia adalah gambaran menyeluruh atau synopsis yentang realitas manusia. Berbeda degan ilmu-ilmu tentang manusia, filsafat manusia tidak menyoroti aspek-aspek tertentu dari gejala dan kejadian manusia secara terbatas. Aspek-aspek seperti korahanian dan kejasmanian (kekjiwaan dan kebutuhan ), kebebasan dan determinisme, keahlian dan keduniawiaan , serta dimensi-dimensi seperti sosialitas dan individualtas, kesejahteraan  dan kebudayaan, kebasahaan dan simbolisisme-semuanya itu ditempatkan dalam kesatuan gejala dan kejadian manusia, yang kemudian disoroti secara integral oleh filsafat manusia. Ini berarti bahwa filsafat manusia mencakup segenap aspek dan ekspresi manusia, dan lepas dar kontekstualitas ruang dan waktu (universal). Karena filsafat manusia bersifat synopsis dan universal, mencakup segenap aspek dan dimensi yang  terdapat dalam realitas manusia, maka tidak mungkin bisa mendeskripiskan semuanya itu secara rinci dan detail. Tidak mungkin, misalnya, filsafat manusia mengurai sampai sekecil-kecilnya perbedaan misalnya, filsafat manusia mengurai sampai sekecil-kecilnya perbedaan anatar individu yang satu dengan kelompok social yang lain, anatar budaya yang satu dengan budaya yang lain, antara spesies yang satu dengan spesises yang lain. Filsafat manusia hanya menggambarkan realitas manusia sevcara garis besar saja.

Ciri Filsafat Manusia yang intensif
    Filsafat adalah kegiatan intelektual yang kehendak menggali inti, hakikat (esensi), akar atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyaataan. Dalam hubungannya dengan filsafat manusia, dapatkah kita katakana, bahwa filsafat manusia hendak mencari inti, hakikat(esensi), akar, atau stuktur dasar, yang melandasai kenyataan manusia, baik yang tampak pada gejala kehidupan sehri-hari (prailmiah), maupun yang terdapat di dalam data-data dan teori-teori ilmiah. Orang bisa menggugat. Cirri intensif filsfat ini, misalnya dengan menyatakan bahwam ilmu pun pada prisipnya hendak mencari dasar atau akar “(sebab)” di balik gejala atau kejadian tertentu(akibat). Tetapi, tentu saja ada perbedaan dalam derajat dan intessitsnya. Seperti ysng di tulid oleh leenhouwers,
    “walaupun ilmu pengetahuan mencari pengertian dengan menerobos realitas sendiri, pengertian itu hanya dicari di tataran empris dan eksperimental. Ilmu pengetahuan membatasi kegiatannyan hanya pada fenomena-fenomena, yang entah langsung atau tidak langsung, dialami dari paancaindra. Dengan kata lain. Ilmu pengetahuan tidak menerobos kepada intiobjeknya yang sama sekalai tersembunyi dari observasi. Maka ia tidka memberi jawaban perihal kuasalitas yang paling dalam.

Ciri Kritis Filsafat Manusia
    Filsafat manusia berhubungan dengan dua kata metode yang dipakainya (sintes dan refleksi) dan dua ciri yang trdapat di dalam isi hasil filfatanya (eksistensif dan intensif). Karena tujuan filsafatnya manusia pada taraf akhir tidak lain adalah untuk memahami diri manusia sendiri (pemahaman-diri), maka hal apa saja, apakah itu berupa ilmu pengetahuan, kebudayaan atau ideology), yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pemahaman diri manusia. Tidak luput dari kritik dari filsafat.

     Filsafat manusia pun sangat peka terhadap upaya-upaya untuk mensimplifikasikan hidup manusia. Karena filafat manusia hendak memahami manusia secara eksistensif  dan intensif, maka ia tidak puas terhadap pengetahuan satau informasi yang bersifat sempit, dangkal, dan simplistic tentang maanusia…
Sumber Buku: filsafat manusia, memahami manusia melalui filsafat, Zainal Abidin. Penerbit: bandung  rosda karya..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan PraKolonial

Di era sekarang ini banyak sekali anak muda yang kurang wawasan, kurang pengetahuan, sebenarnya mereka tau apa sih, ketika di tanya pendidikan prakolonial itu apa sih? Si Racap aja gak tau hadehhh, biar kita banyak tau mari kita membaca artikel yang satu ini, ingat ya makin banyak tau makin banyak deh wawasannya... Pengertian Pendidikan Prakolonial    Pendidikan Prakolonial di mengerti sebagai sebuah penyelenggaraan pendidikan yang di batasi oleh ruang waktu tertentu. Pembatasan ruang mengacu pada batas-batas politik yang terdapat di geografis tertentu sedangkan batasan waktu mengacu pada sebuah masa ketika praktik penjajahan belum dimulai. Geografis itu merujuk pada wilayah Nusantara sedangkan masa yang di maksud mengacu pada abad ke -17, yakni sebelum jan Peterson Coen melemparkan jangkar di pantai sunda kelapa.    Pada abad ini akan dibahas tentang semangat pendisikan pada masa pra-kolonial dan sisa-sisanya pada masa sekarang. Masyarakat prakolonial memiliki model pemerinntahan

Mahzab Fenomenologi Max Weber

Fenomenologi       Fenomenologi adalah satu aliran filsafat modern yang sangat berpengaruh. Salah satu tokoh utamanya adalah Edmund Husserl (1859-1935) dari Jerman. Pada prinsipnya metode fenomenologi yang dibangun oleh Husserl ingin mencapai “hakikat segala sesuatu”. Maksudnya agar mencapai “pengertian yang sebenarnya” atau “hal yang sebenarnya” yang menerobos semua gejala yang tampak. Usaha untuk mencapai hakikat segala sesuatu adalah reduksi atau penyaringan. Husserl mengemukakan tiga macam reduksi berikut ini :    1. Reduksi fenomenologis, kita harus menyaring pengalaman-pengalaman kita, dengan maksud supaya mendapatkan fenomena dalam wujud yang semurni-murninya 2. Reduksi eidetis, penyaringan atau penetapan dalam tanda kurung segala hal yang bukan eidus atau inti sari atau hakekat gejala atau fenomena. Jadi hasil reduksi kedua ialah “penilikan hakikat”. Inilah pengertian yang sejati.    3. Reduksi transendental, yang harus ditempatkan diantara tanda kurung dahulu ialah eksiste

Perbedaan Filsafat Barat dan Timur

Perbedaan Antara Filsafat Barat dan Filsafat Timur  I. Filsafat Barat 1. Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. 2. Filsafat berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. 3. Tokoh utama filsafat Barat  antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre. 4. Terdapat pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. a. Ontologi membahas tentang masalah "keberadaan" (eksistensi) sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris, misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya. b. Epistemologi mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan. Dari epistemologi inilah lahir berba