Langsung ke konten utama

Pandangan Agama, Tuhan, dan Manusia menurut para tokoh-tokoh

Pandangan Agama, Tuhan& Manusia Menurut Para Tokoh
Disini saya akan mengajak pembaca memahami agama, tuhan dan manusia. Karena dengan membaca kita akan menambah wawasan.

Emile Durkheim
     sebagai salah seorang Sosiolog abad ke-19, menemukan hakikat agama yang pada fungsinya sebagai sumber dan pembentuk solidaritas mekanis. Ia berpendapat bahwa agama adalah suatu pranata yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengikat individu menjadi satu-kesatuan melalui pembentukan sistem kepercayaan dan ritus. Melalui simbol-simbol yang sifatnya suci. Agama mengikat orang-orang kedalam berbagai kelompok masyarakat yag terikat satu kesamaan.

Karl Marx 
    memandang agama sebagai Candu" Desahan kaum yang tertindas/Tertekan Candu Masyarakat, untuk membuat penderitaan ini dapat di tertanggungkan". Meskipun menganit pandangan Mesianik tentang ssjarah yang sangat bergantung pada tradisi Yudeo-Kristen, dia mengesampingkan Tuhan sebagai tidak Relevan. Kerena tak ada makna, nilai, maupun tujuan di luatlr proses historis, ide tentang tuhan tidak berguna bagi kemanusiaan. "Tuhan" rentan terhadap kritik Marxis karena telah sering di gunakan oleh banyak pihak mapan untuk menopang tatanan sosial yang di dalam nya orang kaya duduk di istana sedangkan orang miskin duduk di gerbangnya. Akan tetapi, ini tidak berlaku di seluruh agama monoteistik. Tuhan yang membiarkan ketidakadilan sosial akan mengejutkan Amos, Yaseya, atau Muhammad, yang telah menggunakan ide tentang Tuhan untuk tujuan lain yang agak mirip dengan cita-cita Marxis.

Feuerbach&Auguste Comte
    Yang memiliki pandangan yang lebih positif tentang manusia, ingin mencampakkan tuhan yang telah menyebabkan menyebarnya rasa putus asa dimasa silam ini. Ateisme merupakan penolakan terhadap konsepsi ketuhanan yang sedang berlaku pada suatu saat. Orang yahudi dan Kristen pernah di sebut "ateis" kerena mereka mengingkari ketakinan kaum pangan tentang yang ilahi, meskipun mereka beriman kepada suatu Tuhan.

Sigmund Freud
     Dengan yakin menganggap bahwa kepercayaan kepada tuhan sebagai ilusi yang harus ditinggalkan manusia dewasa. Gagasan tentang tuhan bukanlah suatu kebohongan, melainkan sarana alam bawah sadar yang perlu diuraikan oleh psikologi. freud tampaknya tidak sadar akan tuhan subjektif yang ada di dalam diri ini. Meskipun demikian, dia mengajukan pendapat yang tidak valid ketika menyatakan bahwa penyingkiran agama merupakan tindakan yang berbahaya. Orang akan bosan dengan tuhan pada saat yang tepat bagi mereka masing-masing memaksakan ateisme atau sekularisme kepada mereka sebel mereka siap bisa mengakibatkan penolakan dan ketertekanan yang tak sehat.

Alfred Adler
Setuju bahwa tuhan memandang proyrksi tetapi percaya bahwa agama berguna bagi umat manusia agama meruapakan simbol kebaikan yang brilian dan efektif.

Sumber Buku: Sejarah Tuhan, Karen Armstrong, Penerbit: Mizan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan PraKolonial

Di era sekarang ini banyak sekali anak muda yang kurang wawasan, kurang pengetahuan, sebenarnya mereka tau apa sih, ketika di tanya pendidikan prakolonial itu apa sih? Si Racap aja gak tau hadehhh, biar kita banyak tau mari kita membaca artikel yang satu ini, ingat ya makin banyak tau makin banyak deh wawasannya... Pengertian Pendidikan Prakolonial    Pendidikan Prakolonial di mengerti sebagai sebuah penyelenggaraan pendidikan yang di batasi oleh ruang waktu tertentu. Pembatasan ruang mengacu pada batas-batas politik yang terdapat di geografis tertentu sedangkan batasan waktu mengacu pada sebuah masa ketika praktik penjajahan belum dimulai. Geografis itu merujuk pada wilayah Nusantara sedangkan masa yang di maksud mengacu pada abad ke -17, yakni sebelum jan Peterson Coen melemparkan jangkar di pantai sunda kelapa.    Pada abad ini akan dibahas tentang semangat pendisikan pada masa pra-kolonial dan sisa-sisanya pada masa sekarang. Masyarakat prakolonial memiliki model pemerinntahan

Mahzab Fenomenologi Max Weber

Fenomenologi       Fenomenologi adalah satu aliran filsafat modern yang sangat berpengaruh. Salah satu tokoh utamanya adalah Edmund Husserl (1859-1935) dari Jerman. Pada prinsipnya metode fenomenologi yang dibangun oleh Husserl ingin mencapai “hakikat segala sesuatu”. Maksudnya agar mencapai “pengertian yang sebenarnya” atau “hal yang sebenarnya” yang menerobos semua gejala yang tampak. Usaha untuk mencapai hakikat segala sesuatu adalah reduksi atau penyaringan. Husserl mengemukakan tiga macam reduksi berikut ini :    1. Reduksi fenomenologis, kita harus menyaring pengalaman-pengalaman kita, dengan maksud supaya mendapatkan fenomena dalam wujud yang semurni-murninya 2. Reduksi eidetis, penyaringan atau penetapan dalam tanda kurung segala hal yang bukan eidus atau inti sari atau hakekat gejala atau fenomena. Jadi hasil reduksi kedua ialah “penilikan hakikat”. Inilah pengertian yang sejati.    3. Reduksi transendental, yang harus ditempatkan diantara tanda kurung dahulu ialah eksiste

Perbedaan Filsafat Barat dan Timur

Perbedaan Antara Filsafat Barat dan Filsafat Timur  I. Filsafat Barat 1. Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. 2. Filsafat berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. 3. Tokoh utama filsafat Barat  antara lain Plato, Thomas Aquinas, RĂ©ne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre. 4. Terdapat pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. a. Ontologi membahas tentang masalah "keberadaan" (eksistensi) sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris, misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya. b. Epistemologi mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan. Dari epistemologi inilah lahir berba