Langsung ke konten utama

Pemikiran/Nalar Plato

    Disisi lain orang yunani sangat tertarik keoada logika dan nalar. Plato  (kl.428-348SM) selalu menyibukkan diri mengkaji persoalan-persoalan epistimologi dan hakikat kebijaksanaan. Banyak karya awalnya ditujukan sebagai upaya membela sokrates, yang mendesk orang untuk memperjelas gagasan mereka lewat pertanyaan-pertanyaan kritis yang dijulukinya. Akan tetapi, sokrates dihukum mati pada 399 SM dengan tuduhan merusak para pemuda dan murtad. Dalam cara yang tidak berebeda dengan yang ditempuh orang india, plato kecewaa terhadap upacara-upacara kuno dan mitos-mitos agama yang menurutnya merendahkan dua tidak layak. Plato juga telah dipengaruhi filosof abad keenam SM, Phthagoras yang mungkin sekali telah terpengaruh gagasan-gagasan dari india, yang mneyebar melalui Persia dan mesir. Dia juga percaya bahwa jiwa adalah bagian zat ilahi yang terjatuh, tercemar, dan terperangkap dalam tubuh seperti dalam sebuah kuburan dan terhukum untuk menjalani siklus kelahiran kembali yang tiada habisnya. Dia telah menyuarakan pengalaman semua manusia tentang rasa keterasingan  di dunia yang tampaknya bukan merupakan unsure sejati kita. Phytagoras mengajarkan bahwa jiawa bias dibebaskan melalui penyucian ritual, yang akan memampukan manusia mencapai harmoni dengan semesta yang teratur. Plato juga menyakini eksistensi realitas suci dan tak berubah yang melampaui dunia indrawi, bahwa jiwa adalah sepenggal keilahian, unsure yang terlepas darinya, terpenjara dalam tubuh tetapi mampu meraih kembali status keahliannya dengan cara penyucian daya nalar pikiran. Dalam mitos gua yang popular, plato melukiskan kegelapan dan keburaman kehidupan manusia di bumi: manusia hanya mampu melihat baying-bayang realitas abadi yang terpantul di dinding gua. Namun, lambat laun manusia mampu keluar lalu mencapai pencerahan dan pembebasan dengan melatih pikrannya memperoleh cahaya ilahi.

      Pada akhir hayatnya, plato mungkin telah meninggalkan doktrinnnya tentang bentuk-bentuk atau ide-ide, tetapi gagasan ini justru menjadi krusial bagi banyak monoteis ketika mereka berupaya mengungkapkan konsepsi ketuhananmereka. Ide merupakan realitas stabil dan konstan yang bisa di pahami oleh kekuatan nalar, juga merupakan realitas yang lebih utuh, permanen, dan efektif dibandingkan dengan fenomena material yang lemah dan selalu berubah yang kita capai lewat indra. Segala yang ada di dunia ini hanyalah pantulan, bagian atau tiruan dari bentuk-bentuk abadi di wilayah ilahi. Ada ide yang selalu bersesuaian dengan setiap konsepsi umum yang kita miliki, seperti cinta, keadilan dan keindahan. Akan tetapi, yang paling tinngi diantara semua bentuk adalah ide tentang keindahan. akan tetapi yang paling tinggi di antara semua bentuk adalah ide ten tang kebaikan dengan demikian, plato telah member kerangka filosofis bagi mitos kuno tentang dunia arketipal.

Sumber Buku: Sejarah Tuhan, Karen Armstrong, penerbit: Mizan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan PraKolonial

Di era sekarang ini banyak sekali anak muda yang kurang wawasan, kurang pengetahuan, sebenarnya mereka tau apa sih, ketika di tanya pendidikan prakolonial itu apa sih? Si Racap aja gak tau hadehhh, biar kita banyak tau mari kita membaca artikel yang satu ini, ingat ya makin banyak tau makin banyak deh wawasannya... Pengertian Pendidikan Prakolonial    Pendidikan Prakolonial di mengerti sebagai sebuah penyelenggaraan pendidikan yang di batasi oleh ruang waktu tertentu. Pembatasan ruang mengacu pada batas-batas politik yang terdapat di geografis tertentu sedangkan batasan waktu mengacu pada sebuah masa ketika praktik penjajahan belum dimulai. Geografis itu merujuk pada wilayah Nusantara sedangkan masa yang di maksud mengacu pada abad ke -17, yakni sebelum jan Peterson Coen melemparkan jangkar di pantai sunda kelapa.    Pada abad ini akan dibahas tentang semangat pendisikan pada masa pra-kolonial dan sisa-sisanya pada masa sekarang. Masyarakat prakolonial memiliki model pemerinntahan

Mahzab Fenomenologi Max Weber

Fenomenologi       Fenomenologi adalah satu aliran filsafat modern yang sangat berpengaruh. Salah satu tokoh utamanya adalah Edmund Husserl (1859-1935) dari Jerman. Pada prinsipnya metode fenomenologi yang dibangun oleh Husserl ingin mencapai “hakikat segala sesuatu”. Maksudnya agar mencapai “pengertian yang sebenarnya” atau “hal yang sebenarnya” yang menerobos semua gejala yang tampak. Usaha untuk mencapai hakikat segala sesuatu adalah reduksi atau penyaringan. Husserl mengemukakan tiga macam reduksi berikut ini :    1. Reduksi fenomenologis, kita harus menyaring pengalaman-pengalaman kita, dengan maksud supaya mendapatkan fenomena dalam wujud yang semurni-murninya 2. Reduksi eidetis, penyaringan atau penetapan dalam tanda kurung segala hal yang bukan eidus atau inti sari atau hakekat gejala atau fenomena. Jadi hasil reduksi kedua ialah “penilikan hakikat”. Inilah pengertian yang sejati.    3. Reduksi transendental, yang harus ditempatkan diantara tanda kurung dahulu ialah eksiste

Perbedaan Filsafat Barat dan Timur

Perbedaan Antara Filsafat Barat dan Filsafat Timur  I. Filsafat Barat 1. Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. 2. Filsafat berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. 3. Tokoh utama filsafat Barat  antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre. 4. Terdapat pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. a. Ontologi membahas tentang masalah "keberadaan" (eksistensi) sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris, misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya. b. Epistemologi mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan. Dari epistemologi inilah lahir berba